Minggu, 18 Mei 2008

gengsi , neraka dunia

Meskipun gengsi itu tidak enak dimakan, seringkali dalam hidup ini kita mati-matian memburunya. Demi gengsi orang bersedia melakukan apa saja, berapa pun besar ongkos dan risikonya. Banyak tindakan melawan hukum, tata susila dan moral, dilakukan demi mengejar gengsi.

Gengsi ini…bagaikan baju yang selalu melekat pada diri pribadi pribadi orang. yup, itu betul. kita gak bisa lepas dari yang namanya gengsi. Kenapa banyak energi dan uang yang terhambur tanpa guna hanya demi gengsi yang tak bisa dikejar? Gengsi cenderung terus mendaki dan tak mau disaingi. Sekali kita menempatkan diri sebagai budak gengsi, maka tiket perburuan menuju puncak gengsi akan terus menjajah kita. Dan tiket itu tak mudah, juga tak murah. Sudah banyak yang akhirnya menyerah meski hati belum puas; sisa hidupnya menjadi neraka dan mereka pun tersudut di pojokan rasa malu yang luar biasa.

Menurut teori, orang senang bergengsi jika tujuan tidak jelas, padahal sarananya tersedia. Untuk menutupi kekurangannya, berupa kurangnya konsep dalam pemikiran, digunakanlah gengsi. Teori ini berbunyi, kalau orang tidak mempunyai tujuan yang jelas, tetapi sarananya tersedia, timbul apa yang disebut ritualisme, yaitu upacara-upacara demi gengsi untuk menyelubungi kekurangan percaya diri. jadi orang yang mengjar gengsi pada umumnya adalah orang yang tidak memiliki kepercayaan diri.

Pada Umumnya Rumpun bangsa melayu (baik indonesia maupun malaysia) sering dikatakan memiliki sifat yang suka pamer dan cenderung latah terhadap apa yang sedang tren. Seringkali hal ini digolongkan sebagai salah satu kekurangan kita. Beberapa kali imbauan untuk coba menjadi diri sendiri, menggunakan produksi bangsa sendiri dan bangga dengan kebudayaan sendiri didengungkan para pemimpin negara demi tujuan semakin majunya perekonomian bangsa dengan berkurangnya kapital yang dialirkan untuk keperluan barang-barang konsumsi yang tidak perlu dan boros. Tapi himbauan ini sepertinya hilang ditelan angin, karena yang menghimbaunya sendiri tidak bisa memberikan contoh yang baik.

Sering kita lihat disekeliling kita, banyak orang yg hancur gara2 tidak bisa membedakan gengsi dan harga diri yg sebenarnya! ........ Sehingga muncul pepatah " Terlalu gengsi, akan menderita seumur hidup." yup gengsi bisa merusak, sepeti seorang sahabat yang saya. saat ini gengsi masih menjadi penyebab utama pengangguran di Indonesia selain minimnya lapangan pekerjaan.Seandainy a gengsi atau malu bisa dihilangkan asalkan pekerjaan tersebut halal dan tidak melanggar hukum saya kira pengangguran bisa ditekan.

Meskipun gengsi itu tidak enak dimakan, seringkali dalam hidup ini kita mati-matian emburunya. Demi gengsi orang bersedia melakukan apa saja, berapa pun besar ongkos dan risikonya. Banyak tindakan melawan hukum, tata susila dan moral, dilakukan demi mengejar gengsi. jadi masihkah kita terlarut dalam mengejar gengsi, tingginya gengsi merupakan kehancuran diri sendiri, cobalah kita rendahkan hatikita agar hidup dapat berjalan dengan baik. Jadi masihkah kita meninggikan Gengsi?

Tidak ada komentar: